Leh-Manali

tiket seharga 1.700 rupee sudah di tangan, bus 19 jam yang akan mengantarkan perjalanan dari Leh ke Manali akan berangkat jam 2 pagi. kami menyewa kamar semalam lagi, meski dini hari kami harus sudah berangkat ke tempat bus berhenti. nuansa gelap pegunungan, entah keberanian macam apa yang harus aku miliki jika aku seorang diri berjalan menyusuri gang yang lumayan panjang. keledai, anjing, gagak dan bianatang lain menjadi saksi malam itu.

beberapa minivan telah siap, mobil seperti bentuk toyota kijang itu akan mengantarkan kami, entah normal atau tidak sebenarnya kami akan berada di sebuah mobil selama 19 jam. aku rasa ini normal saja karena jaraknya juga lumayan. tapi apakah seperti itu penilaianku setelah 19 jam atau lebih nanti.

kami duduk di tempat yang tak semestinya. tak mau berdebat dengan penduduk lokal yang gendut-gendut itu. mereka sepertinya akan menjadi pembenci yang sengit jika aku usik. kursi ini paling belakang dan 4 kursi yang menyatu nampaknya terlalu sempit untuk kami duduk, tapi coba untuk menyamankan meski kaki ini sepertinya akan sangat dingin kurasakan. kursinya pun tak dapat ditekutkan ke belakang, hanya 100 derajat saja. aku coba untuk tidur dan cukup tegang dengan cara kemudinya dini hari.

salah satu mobil mengalami kebocoran ban. hah gangguan yang mungkin akan menghambat cukup lama. tapi akhirnya mobil jalan juga. turis asing di mobil itu terlihat mengeluh, mereka terlihat tidak tenang dan keheranan kenapa mobil mereka.

pengecekan paspor selalu berulang kali harus dilakukan, kami pun dibangunkan, hanya kami orang asing di mobil itu. terasa waktu fajar. tumpukan es berwarna putih menjadi awal pagi yang harus dihadapi. aku pun terkejut dan melihat sekilas. senagnya bisa melihat hal itu. aku pun membayangkan betapa bersyukurnya diriku bisa merasakan moment seperti itu. aku ingat orang tuaku yang berjuang memperbaiki ekonomi dan aku bisa merasakan apa yang mereka perjuangkan. bukan mereka justru, tapi aku.

si supir terus mengunyah sebuah produk dari bungkusan kecil. entah tembakau atau penghilang rasa ngantuk atau juga penambah tenaga. namun seolah si supir ini dewa, aku mungkin telah syirik karena menggantungkan harapan selamat padanya.

nyanyian India tidak hentinya ia dengarkan, seolah itu menjadi hiburan yang tak membuat rasa kantuk. perjalanan ini harus melewati gunung-gungun yang tinggi. berkelok-kelok tapi jalanan bagus-bagus.

perjalanan ini disuguhkan dengan keindahan alam pegunungan, akan tetapi ketidak nyamana tempat duduk dan suasana, menjadikan perjalanan 19 jam ini tidak direkomendasikan. terlalu cepat dan membosankan. Image

Leave a comment

noonatjantik

passion, love, and art

Omnduut

Melangkahkan kaki ke mana angin mengarahkan

Free Mind Sound

My Toes in The Sand

TRAVELIFE

pricilyave

AnakBahau

sebuah cerita tentang pengalaman....

RAUN-ROUND

CATATAN ANAK RANTAU

Programmer Muslim

I Wanna Be A programmer Muslim, Ahlul jannah, hafidz Al Quran

Catatan Si Enlik

Happiness is only real when shared

Jomblo Traveller betina

Travelinglah selagi Jomblo - Jomblolah selagi Traveling

Adilkurnia's Journey

A fruitless life is useless life